Cerita Dari Tanah Laskar Pelangi

Diposting oleh Budianto on Kamis, 02 Desember 2010


Tanjung Binga
Tanjung Binga
Siapa tak kenal Andrea Hirata yang sukses menciptakan novel “Laskar Pelangi” beserta karya-karya lanjutannya. Segera setelah buku dan film “Laskar Pelangi” ini meledak di pasaran, masyarakat kemudian mulai melirik Belitung sebagai tempat kunjungan wisata. Novel dan film tersebut memang menyumbang peran besar dalam meningkatkan pariwisata propinsi kepulauan Bangka-Belitung ini.
Perjalanan ke Belitung dari Jakarta tidak memakan waktu lama. Awalnya, saya agak kesulitan mencari referensi penerbangan, akomodasi, serta transportasi menuju dan selama di sana. Beruntung saya punya mitra kerja yang siap membantu kapan saja. Dan dari merekalah saya tahu bahwa hanya dibutuhkan waktu 40-50 menit terbang ke Belitung menggunakan maskapai Sriwijaya Airlines atau Batavia Air. Hanya dua maskapai itu yang melayani penerbangan ke sana, dengan jadwal terbang dua kali sehari. Dengan waktu tempuh yang singkat, saya pikir akan lebih baik menghabiskan akhir pekan ke Belitung ketimbang ke Puncak atau Bandung yang macet. Lagipula, harga tiketnya tidak terlalu mahal; sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 800 ribu (pulang-pergi) diwaktu normal, dan kurang lebih satu juta rupiah (pulang-pergi) saathigh season.

Tiba di Bandara Hanandjoedin - Tanjung Pandan, saya langsung menuju ke penginapan di pusat kota Tanjung Pandan. Jarak tempuh dari bandara ke kota tidak terlalu jauh, sekitar 15 menit. Dan tidak perlu khawatir terjebak macet. Untuk penginapan pun tidak terlalu sulit dicari. Di kota Tanjung Pandan sendiri, Hotel Biliton merupakan hotel kelas bintang yang baru dibuka tahun ini. Bangunannya minimalis dan modern. Untuk penginapan yang sekelas hotel mewah di kota, Hotel Biliton ini bisa jadi pilihan. Untuk kamar ukuran standar, harganya Rp 500 ribu.
Hotel lainnya yang setara dengan resort adalah Lor In yang terletak di Tanjung Tinggi. Lor In Hotel and Resort ini berada di kawasan shooting salah satu scence film “Laskar Pelangi”. Dan saat proses pengambilan gambar, Lor In dijadikan penginapan oleh para kru film.
Bagi mereka yang ingin menikmati pantai, Lor In dapat dijadikan pilihan. Tepat di seberangnya adalah pantai Tanjung Tinggi yang memiliki banyak bebatuan besar, berpasir putih, dan berair bening. Saya cukup terkesima melihat betapa cantiknya pantai ini. Namun sayang, butuh waktu 30 menit untuk sampai ke pantai Tanjung Tinggi dari Tanjung Pandan. Di wilayah ini juga tidak terlalu banyak tempat jajan atau toko. Saya kira tempat ini dipilih memang khusus bagi para wisatawan yang benar-benar ingin melepaskan stres dengan suasana yang tenang dan pemandangan indah. Harga permalam di Lor In Hotel and Resort, untuk ukuran deluxe, adalah mulai dari Rp 600 ribu sampai Rp 800 ribu.
Buat Anda yang senang berwisata ala backpacker, jangan khawatir. Belitung juga memiliki banyak akomodasi yang murah meriah namun bersih. Di kota, kita dapat memilih Hotel Pondok Impian yang letaknya dekat dengan pantai Tanjung Pendam. Harga permalamnya berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu. Atau sewa saja sejenis cottage di jalan Dipenogoro. Anda bisa pilih antara kamar private atau rumah.
Saran saya, lebih baik menyewa rumah pondokan. Di setiap rumah ada dua kamar tidur, kamar mandi dalam, dan pendingin udara. Harga permalamnya adalah Rp 300 ribu untuk rumah dan Rp 150 ribu untuk kamar private. Di depan penginapan ada warung Soto Bandung dan toko serba ada. Jadi tak perlu khawatir jika saat malam kita butuh minuman atau cemilan.
Kekurangan di Belitung adalah tidak adanya angkutan umum. Di Tanjung Pandan, saya perhatikan jarang sekali ada angkutan umum dan susah menyewa ojek. Akan lebih enak jika kita menyewa mobil (patungan akan terasa lebih ringan untuk urusan sewa mobil ini). Biaya perhari, diluar bensin dan sopir, adalah sekitar Rp 300 ribu. Saya menyarankan Anda untuk menyewa mobil berikut supir. Sebab, sekalipun kota Tanjung Pandan atau Belitung tidak terlalu besar, jarak dari satu tempat ke tempat lain cukup jauh. Jalannya juga agak membingungkan. Belum lagi jika Anda menemukan jalan yang dikelilingi hutan tanpa penerangan jalan. Jadi dibutuhkan supir yang tahu medan untuk memastikan perjalanan kita selamat.
Saat di Belitung, saya berkesempatan untuk mengunjungi Tanjung Binga (kampung nelayan, sekitar 20 kilometer dari Tanjung Pandan), Kecamatan Badau (untuk melihat Tarsius Bancanus, hewan endemic Belitung), Tanjung Tinggi (tempat shooting “Laskar Pelangi”), Gantung (melihat konstruksi Sekolah Dasar Muhammadiyah untuk film “Laskar Pelangi”), dan menyeberang ke Selat Nasik (melihat acara Maras Tahun, yaitu tradisi syukuran masyarakat Selat Nasik - Belitung). Perjalanan saya terasa cukup lengkap karena saya telah mengunjungi mulai dari daerah gunung, pesisir, hingga menyeberang ke pulau Belitung lainnya.
Andalan wisata di Belitung lainnya adalah wisata pantai dan laut. Dengan menggunakan kapal cepat, saya menyeberang ke Selat Nasik. Waktu tempuh mencapai sekitar 20 menit dari Belitung. Di tengah jalan, saya berhenti di tempat pengembangbiakkan kerang mutiara. Alamnya masih terjaga dengan baik. Air laut yang bening menjadi seperti etalase untuk melihat terumbu karang di bawahnya. Tak perlu diving karena sudah terlihat dengan jelas. Tapi jika senang dengan diving, wilayah pesisir Belitung dengan pulau-pulaunya sangat saya rekomendasikan. Dari bincang-bincang dengan pemerintah setempat, saya menjadi tahu bahwa Belitung ternyata memiliki sekitar 100 pulau luar yang kesemuanya memiliki nama dan berpotensi menjadi objek wisata. Wow!
Buat pengagum “Laskar Pelangi”, Anda juga bisa menapaktilasi jejak Andrea Hirata dengan pergi ke tempat yang tertera dalam cerita. Saya hanya mengunjungi dua tempat shooting-nya saja di Tanjung Tinggi dan Gantong (Belitung Timur). Waktu tempuh ke Gantong sekitar satu jam, dan kita masih dapat melihat konstruksi Sekolah Dasar Muhammadiyah yang dibangun untuk menghidupkan kembali cerita Andrea Hirata.
Selain tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi, kita juga bisa mencicipi makanan yang relatif tidak terlalu mahal. Favorit saya adalah bakmi ayam jamur Rumah Besar yang terletak di jalan Yos Sudarso. Mie ayam jamurnya enak sekali. Hanya dengan Rp 12 ribu, kita sudah dapat menikmati seporsi mi ayam.
Kalau beruntung, kita juga bisa mencoba makan dim sum ceker ayam. Saya agak heran awalnya, karena ceker ayam yang dijadikan dim sum itu besar sekali. Tapi buat saya, makanannya enak dan bahannya segar. Rumah makan ini juga menjual terasi buatan sendiri tanpa bahan pengawet.
Ingin coba mie khas Belitung? Anda bisa mampir di jalan Sriwijaya. Ada restoran mie khas Belitung yang menurut saya mirip dengan mie celor palembang. Harganya juga relatif tidak mahal, dan di kiri kanannya diapit dengan toko oleh-oleh khas Belitung. Jadi, sehabis makan, kita bisa cari oleh-oleh yang super lengkap, dari mulai kerupuk ikan sampai dodol.
Khas lain kota Belitung adalah warung kopi. Rasa kopinya tidak kalah dengan Starbucks. Menurut mitra saya, warung kopi yang paling enak di Belitung adalah warung kopi Hong Ji, begitu namanya kalau saya tidak salah ingat. Posisinya ada di pojokan dekat gereja Kristen. Warung kopi di Tanjung Pandan ini sudah buka sejak jam tujuh pagi. Biasanya, orang membeli kopi untuk di minum di tempat atau di bawa pulang. Segelas kopi harganya hanya Rp 2.500, dan masih ada jajanan pengganjal perut, seperti donat, bakpau, pisang goreng, lumpia, atau kue basah yang dihargai sama rata, yakni seribu rupiah.
Yah, begitulah. Belitung memang punya kesan tersendiri. Saya terkesima dengan keindahan pantainya, kesederhanaan kotanya, keramahan penduduknya, dan begitu banyak hal yang bisa saya nikmati di sini. Tidak rugi berwisata ke Belitung. Besok-besok, barangkali para penggila wisata akan memasukkan Belitung sebagai tujuan weekend getaway mereka. Bebas macet dan bebas stres. Selamat berlibur!
lintasberita
Powered By LintasBerita

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar